Bersabar dan Bersiaga Menjalani Takdir

19 Feb 2024 • 93 pembaca


Oleh:

KH. Bachtiar Nasir

 

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS Al Imran ayat 200).

 

Allah ‘Azza wa Jalla dan rasul-Nya memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk senantiasa menguatkan kesabaran dan siap siaga dalam menjaga kedaulatan dan kehormatan agama. Umat Islam tidak boleh lengah untuk senantiasa memantau pergerakan pihak-pihak yang terdeteksi akan menggoyahkan agama ini. Pantau, bersabar, dan kuatkanlah kesabaran kita menghadapi tekanan yang sedang dilancarkan. Jangan sampai emosi membuat kita lengah, patah semangat, kemudian mengendurkan penjagaan kita. Kewaspadaan dan kesiap-siagaan kita tidak boleh kendur, karena ini adalah perintah langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla.

 

Ath-Thantawi mengutip perkataan Muhamad Abduh bahwa waspada adalah membentengi diri dan mempersiapkan berbagai hal agar mampu menahan kejahatan musuh dan kemudian menghancurkan kekuatan musuh.

 

Di antara cara berlindung dan mempersiapkan diri untuk menahan serangan musuh adalah dengan memahami kondisi musuh dan memiliki informasi yang cukup. Siapa mereka, berapa besar kekuatan mereka, dimana teritorial mereka, dan mengetahui dimana gudang amunisi mereka. Ini harus kita ketahui dengan tepat, sebagaimana kita mengetahui “peta diri” kita sendiri. Sebagai mana perkataan orang Arab, “Akan diperangi masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan peta negerinya sendiri.” Kita hanya bisa bermanuver dengan data yang cukup. Dan, di antara bentuk berwaspada adalah persiapan, memiliki data yang valid, dan terampil menggunakan senjata. Itulah yang dimaksud dengan waspada.

 

Persiapan Matang

Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan hal ini bersama para sahabat. Jika hendak bertempur, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya sudah mengetahui peta musuh. Ini karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat senantiasa menempatkan intel di titik-titik strategis. Sehingga, ketika situasi memanas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memiliki data yang valid tentan lawan. Intelejen Rasulullah terlatih untuk memberikan info detail tentang kondisi lawan. Merekalah orang-orang terpilih yang memenuhi kualifiasi menjadi penjaga, pengintai, sekaligus garda terdepan menghadapi musuh. Memiliki kualitas kesabaran dan ketelitian istimewa sehingga apa pun manuver yang dilakukan musuh, mereka tetap mampu menangkap desain inti di belakangnya.

 

Abu Bakar ra berpesan pada kepada Khalid bin Walid di perang Yamamah, “Perangilah mereka sebagaimana mereka memerangi kita dengan senjata-senjata mereka, lawan pedang mereka dengan pedang kita, hantam panah mereka dengan panah kita.”

 

Inilah komando yang diserukan oleh Abu Bakar dan diajarkan kepada Khalid bin Walid. Inilah bentuk bagaimana perkataan dan perbuatan Rasulullah saw beserta sahabat; untuk menunjukkan bahwa persiapan itu penting, guna mengetahui peta kekuatan musuh.

 

Bersabar dengan Hasil

Manakala persiapan sudah dilakukan dengan sebaik mungkin, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah kesiapan mental untuk menyerahkan hasil kepada kehendak Allah Ta’ala. Jangan sampai kesiapan untuk bertempur, tidak dibarengi dengan kesiapan untuk menerima hasil yang Allah berikan. Sesuai atau tidaknya dengan harapan, semua takdir yang Allah berikan adalah kebaikan untuk kita.

 

Jangan sampai, jika hasil yang Allah Azza wa Jjalla berikan tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan, kemudian kita sampai berbuat sesuatu yang mendahului takdir-Nya bahkan melakukan hal yang diharamkan. Jangan sampai perasangka buruk pada Allah yang kita turuti, syahwat yang mengalahkan kesabaran, dan hawa nafsu yang mengalahkan akal pikiran jernih kita; membuat segalanya hancur.

 

Ingatlah selalu bahwa perasangka buruk kepada Allah Azza Wajalla akan merusak ilmu yang kita miliki dan membuat akal tak mampu berfungsi. Karena itu, yakinilah bahwa semua takdir Allah pasti baik. Allah-lah yang Maha mengetahui jalan yang akan menyelamatkan kita hingga kelak kembali kepada-Nya. Dialah Sang Pengatur yang Maha Sempurna.

 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 216).

 

Allah-lah yang mengatur segala urusan. Allah-lah yang kemudian memberi perintah pada para malaikat pengatur di muka bumi, untuk membuat segala aturan-Nya terjadi. Dialah Allah, Pengatur yang Mahasempurna. Tidak ada yang tertinggal dari segala ketentuan-Nya dan tidak ada yang salah, apalagi bermaksud mencelakai hamba-hamba-Nya; dalam setiap aturan-Nya.

 

Maka, setelah semua persiapan terbaik dilakukan, ikhtiar dalam perjuangan terbaik telah diberikan, janganlah lupa membersamainya dengan doa. Berdoalah agar Allah Ta’ala lapangkan dada kita, sehingga mampu melihat segalanya dengan hati yang jernih dan pikiran yang tenang. Berdoalah agar dada kita dilapangkan untuk senantiasa menyadari bahwa tujuan dari setiap urusan adalah Allah saja. Bukan kepentingan, bukan untuk tendensi yang tersimpan, bukan untuk sekadar syahwat keduniaan. Jadikanlah muara dari setiap urusan yang kita perjuangkan adalah untuk Allah Ta’ala. Jangan sampai kita memohon kemudahan, tetapi urusan itu sebenarnya bukanlah untuk-Nya.

 

Ingatlah bahwa surga itu tidak murah dan dibutuhkan pembuktian kepantasan untuk mendapatkannya. Jalan berat ini pula yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para sahabat.

 

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ

 

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah ayat 214)

 

Sesedih apa pun, sesulit apa pun, dan seberat apa pun kenyataan yang harus kita terima, itulah kasih saying Allah kepada kita. Dengan takdir yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, dengan ujian yang terbentang di depan mata, dengan segala tekanan yang harus kita tanggung, itulah harga yang harus kita bayar demi menjaga negeri yang Allah Ta’ala titipkan pada kita ini. Nilai yang harus kita tebus untuk kelak diizinkan memasuki surga Allah Azza wa Jalla.

 

Berpegang-teguhlah dan beristighfar, memasrahkan diri di bawah pengaturan Allah Ta’ala. Yakinlah Dia tidak pernah jauh dan kehendaknya adalah bentuk kasih sayang-Nya untuk menyelamatkan kita dari bahaya yang mungkin tak sanggup kita tanggung.

 

Berdoalah untuk tetap kokoh menjalani ujian ini. Gantungkanlah seluruh harap dan ketundukkan kita hanya kepada-Nya. Agar Dia senantiasa menjaga kita di jalan yang tak mudah ini. Yahya bin Muaz berkata, “Barang siapa yang kalbunya dikumpulkan oleh Allah kemudian hamba itu jujur mengatakan kepada Allah semua kebutuhannya dan semua ketergantungannya dan harapannya hanya diserahkan kepada Allah, maka Allah tidak akan menolak doanya”. *

 

 

Sumber: https://bachtiarnasir.com/tadabbur/bersabar-dan-bersiaga-menjalani-takdir/

Bagikan ke orang baik lainnya